Harga pelet akhir-akhir ini meningkat
tajam. Hal ini di perparah dengan naiknya harga
BBM. Hal ini tentu saja membuat kalangan petani ikan, terutama lele yang
menggunakan pelet sedikit mengelus dada. apalagi harga konsumsi lele yang
merosot dan tidak dapat memenuhi target penghasilan yang diharapkan.
Sebagian besar petani/peternak lele
beralih menggunakan pakan alternatif, dari mulai roti bs, sosis bs, ayam tiren,
usus, dll. Hal ini tentu menjadi solusi bagi petani ditengah mahalnya harga
pelet di tingkat petani/peternak. Namun terselip sedikit persoalan yang kadang
jarang disadari saat menggunakan pakan alternatif, terutama bagi yang
sebelumnya menggunakan pakan pelet.
Banyak diantara petani lele yang
menggunakan pakan alternatif yang kurang memperhitungkan kandungan nutrisi dari
pakan alternatif yang digunakan. kebanyakan menggunakannya hanya untuk menekan
biaya produksi (istilahnya ASAL GEDE DAN UNTUNG). Akibatnya tentu akan
mengakibatkan masalah lain saat budidaya, misal air cerpat bau, pertumbuhan
yang kurang merata, timbulnya berbagai macam penyakit, dll.
Nah dalam menggunakan pakan
alernatif, ada beberapa hal yang wajib diperhatikan, agar keuntungan yang
diharapkan benar-benar terwujud, berikut analisis saya (pendapat saya pribadi).
1. Perhatikan komponen bahan baku dari pakan alternatif.
Penggunaan pakan alternatif harus jeli dalam memilih pakan apa yang akan kita
berikan. hal ini ditunjang dengan pengetahuan kita memilih pakan alternatif
dengan bahan baku yang tepat. misalnya, ayam tiren bahan dasarnya daging
kemungkinan protein dan lemak lebih tinggi dibanding yang lain (misal,
karbohidrat, dll). Roti bs, bahan dasarnya terigu, jadi kemungkinan kandungan
karbohidratnya lebih tinggi, dst.
Nah dengan mengetahui hal ini, maka kita akan tau kapan memberikan pakan
alternatif a, kapan memberikan pakan alternatif b, dll. jadi istilahnya "Gak
Asal Ngasih Pakan"
2. Perhatikan Ketersediaannya
Budidaya lele (pembesaran) berlangsung kurang lebih antara 2-4 bulan per
siklus. tergantung taknik dan pakan yang digunakan. nah apakan pakan alternatif
yang anda gunakan dapat tersedia untuk waktu tersebut? usahakan pilih yang
selalu tersedia (tidak musiman)
3. Perhatikan Harga pakan alternatif anda
Ini penting, harga pakan alternatif sebaiknya harus sangat diperhitungkan. hal
ini agar tidak menjadi bumerang bagi kita. istilahnya mau untung malah buntung (baca dibawah). Kenapa? karena kandungan
nutrisinya beda, proposrinya beda, dll. Harap ingat, pelet dihargai dalam
bentuk kering. jadi gunakan standar itu dalam menilai harga pakan alternatif
Misal ayam tiren, 1 kilogram ayam tiren, jika di hancurkan dan dibuat tepung
akan menjadi berapa kilogram? (saya belum meneliti secara khusus konversi ayam
tiren, tapi beberapa teman sudah melakukannya, misal pa Edi Jalasena). misal 1
kg tiren jadi 200 gram tepung ayam. nah berarti untuk mendapat 1 kg pakan tiren
kering kita membutuhkan 5kg ayam tiren. nah kalo kita beli ayam tiren seharga
1500, maka untuk mendapatkan 1 kilogram tepung ayam membutuhkan paling tidak
7500.
Namun hal ini berbeda cerita jika anda mendapatkan pakan alternatif yang GRATIISSSS.
atau hanya memberi sekedar uang lelah tentu poin ini tidak jadi masalah
4.
Perhatikan Komponen Pendukung Budidaya anda
Seperti dikatakan diatas, penggunaan pakan alternatif juga akan menambah
residu/sampah pada kolam. hal ini dikarenakan beberapa komponen pada pakan
alternatif tidak dimakan atau tidak sempurna dicernanya. Oleh karena itu,
sebelum menggunakan pakan alternatif pastikan kolam anda mudah dibersihkan,
mudah ganti air, dll
selain itu harap perhatikan faktor lingkungan.
5. Catat dengan baik rincian usaha anda
hal ini penting untuk mengetahui berapa besar efisiensi yang anda lakukan. Jadi nantiny bisa menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan.
hal ini penting untuk mengetahui berapa besar efisiensi yang anda lakukan. Jadi nantiny bisa menjadi bahan pertimbangan dan perbandingan.
6.
dll
masih banyak sih tapi cari aja di mbah google atau etc.
masih banyak sih tapi cari aja di mbah google atau etc.
Jika anda terpaksa menggunakan pelet
seperti saya (karena komponen-komponen diatas tidak memenuhi), maka yang harus
difikirkan adalah bagaimana cara meningkatkan nilai jual, selain memikirkan
bagaimana menurunkan biaya produksi.
Ah susah kalo gitu, hehe kalo mau
gampang jualnya jangan jual lele, jual bensin, gas, atau jual emas, harganya
pasti, sorry becanda. Itulah tantangannya, yang bisa lulus jadi pengusaha
sukses, yang males ya gitu deh. Ingat ada banyak pedagang, pedagang yang
sukses? hanya ada beberapa. Ada banyak peternak, peternak yang sukses? ada
beberapa saja, nah semoga kita salah satunya Amiiiin YRA.
True
Story Budidaya Lele - Ingin Untung Malah Buntung
Sebelumnya maaf bagi yang tidak
setuju dengan bahasan yang akan saya tuliskan di bawah ini. Apa yang
tuliskan hanya sekedar curhat bagi para peternak pemula yang ingin terjun di
budidaya lele sangkuriang atau lele apapun.
Kali ini ceritanya tentang pemberian
pakan. tidak dapt dipungkiri, pakan merupakan cost/biaya terbesar dalam
budidaya lele. Namun saya rasa tidak hanya dalam budidaya lele dalam budidaya
lainpun pakan menjadi pengeluaran terbesar dalam budidaya. Berbagaimacam cara
dilakukan untuk menekan pengeluaran pakan. baik dengan cara mencari pakan
alternatif, maupun mencapurnya dengan berbagai macam probiotik.
Jadi ceritanya, dalam sebuah siklus
budidaya, timbul niatan untuk menghemat pengeluaran pakan dengan mengganti
pakan yang biasa digunakan dengan pakan yang harganya murah namun dengan
tingkat protein yang lebih rendah dari pakan biasanya. Nah dalam kepala saya,
kekurangan proteinya ini bisa diakali dengan menambahkan probiotik, karena
konon katanya pemberian probiotik akan dapat meningkatkan kadar protein pada
pakan.
Jadilah rencana itu dijalankan, 1,2,3
hari di jalani, lele lahap dan masih menunjukan tanda-tanda rakus. menuju hari
ke 7-8, pakan sudah habis lebih dari 3 sak. Gejala aneh mulai timbul, kolam
mulai berbau. awalnya baunya biasa saja, bau anyir, namun lama kelamaan baunya
jadi sangat menyengat. namun lele tetap menunjukan kerakusan yang sama, jadi
dalam fikiran saya lele masih sehat dan bagus perkembangannya.
Menuju sak yang ke 4, saya mulai
menyadari bahwa pertumbuhan lele jadi tidak seimbang, sebagian lele bertambah
besar, dan yang lainnya tetap kecil. padahal saat pemberian pakan, semuanya
lahap menyantap pelet.
Nah dari sini saya mulai penasaran,
dan saya putuskan untuk memindahkan lele ke kolam lain. Nah disini hal yang
memilukan itu (cie cie bahasanya) terjadi. ternyata, di dasar kolam ketinggian
lumpur sisa pelet hampit 2-3cm, dan inilah yang menyebabkan sangat bau. Hmmm,
jadi ternyata lele memang rakus saat menyantap pelet namun beberapa saat
kemudian di muntahkan kembali. wow jadi selama ini lelenya kelaparan dan saling
memangsa sehingga pertumbuhannya jadi tidak seimbang.
Duh-duh pengen untung malah buntung,
padahal dengan menggunakan pelet yang biasa saja keuntungan yang didapar masih
berkisar 20-30%, nah sekarang malah 0% hehe.
Kesimpulannya:
1. Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan lele itu
sendiri baik dari besar kecilnya ukuran pelet, kandungan nutrisi, dan lain
sebaginya
2. Kanibalisme bisa terjadi jika pasokan pakan tidak mencukupi
kebutuhan lele itu sendiri.
3. Efektifitas Pemberian Probiotik pada pakan juga tergantung pada
jenis dan kualitas pakan itu sendiri.
4.
hehe cuma itu sementara yang bisa saya simpulkan.
Nah ini
Pengalamanku, mana pengalamanmu.
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Terima kasih sudah meluangkan waktu
membaca artikel ini. dan Terima kasih sudah berkunjung ke blog ini
Salam Patilers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar